PERAN ORANGTUA MENDIDIK ANAK MENURUT
AJARAN ISLAM
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Dosen pengampu: Drs.H.Muchtar Hadi,
M.Ag
DISUSUN OLEH
CHURUN
AINUN ZAHRO (11.31.0003)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTRE
SUDIRMAN GUPPI
(UNDARIS)
2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT.makalah keluarga sakinah
dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama islam 2 di
Universitas Darul Ulum Islamic Centre Sudirman GUPPI (UNDARIS) yang diampu oleh
Drs.H.Muchtar Hadi,M.Ag. Serta untuk mempertinggi mutu/nilai perkawinan dalam
membentuk sebuah keluarga sakinah menurut ajaran islam.
Makalah
ini dinilai sangat praktis dan sederhana ,sehingga mudah di baca dan dipelajari
oleh setiap insane manusia.terutama remaja yang
akan menginjak dewasa,serta manusia yang baru saja berpasangan.
Harapan
kami makalah ini dapat dimasyarakatkan
dan semoga dapat meningkatkan pengamalan ibadah umat islam.
Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan beserta ridanya dalam upaya untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan umat islam.
Ungaran, April 2012
penyusun
PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK
MENURUT
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan “proses interaksi antara pendidik dengan peserta
didik yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah
dirumuskan.Oleh sebab itu tentunya pendidikan harus terus ditingkatkan terutama
melalui kedua komponen pendidikan tersebut, khususnya guru karena gurulah
yang bertugas sebagai pendidik yang akan mengantarkan peserta didiknya kearah
yang lebih baik sehingga dapat menjadi manusia yang berkualitas, dapat
bertanggung jawab pada dirinya sendiri maupun pada bangsa dan negara.
Selain itu, peran orang tua tak kalah pentingnya
dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasiolal sebagai mana yang tertera dalam UU
No. 20 tahun 2003 Pendidikan Nasional bertujuan untuk:
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa beraklak mulia, sehat kreatif, amandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari tujuan pendidikan
nasional diatas dan hubungannya dengan tujuan pendidikan nasional memiliki
sebuah hubungan yang sangat erat. Hal ini dapat kita lihat bahwa orang yang
dewasa yang akan mengantarkan anak menuju kedewasaannya baik kedewasaan dari
segi koognitif, afektif maupun psiko motorik.
Oleh karena itu peran orang tua disini memiliki pengaruh
yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa baik dari segi positif
ataupun dari segi negatif. Karena bersama orang tuanyalah anak banyak
menghabiskan waktunya dan bersama orang tua pula anak nendapat pelajaran. Hal
ini sesuai dengan sabda nabi:
Artinya: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) maka orang tua
nyalah yang menjadikannya sebagai yahudi, nasrani atau majusi”
Dari hadits diatas dapatlah kita pahami bahwa pertumbuhan
dan perkembangan anak didik tergantung kepada otang tua apakah dia akan
membentuk anaknya menjadi orang baik ataupun dia membiarkan anaknya menjadi
orang yang tidak baik.
Kalaulah kita lihat di Desa yang mayoritas penduduknya
bekerja di pabrik. Desa ini peran orang tua dalam pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan anak memiliki bentuk yang berbeda, dari kebanyakan orang tuanya yang
mendapat pendidikan SD, SMP, ataupun SMA sudah tentu pola pendidikan kepada
anak memiliki arah yang lebih baik namun hal itu juga terbatas pada beberapa
orang tua saja sedangkan bagi orang tua di desa ini mayoritas mengecap
pendidikan hanya sebatas bangku SD saja hal ini dikarenakan pengaruh ekonomi
dan minimnya minat masyarakat terhadap pendidikan.
Disamping itu pengaruh terhadap anak memiliki corak yang
berbeda pula kebanyakan anak-anak sangat sedikit menempuh jenjang pendidikan di
karenakan membantu orang tua. Untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dipegaruhi oleh ekonomi dan juga kesadaran orang tua terhadap kelanjutan
pendidikan anak-anaknya yang mengakibatkan pendidikan anak tidak terjaga dengan
baik.
Oleh karena kurang kontrol dari orang tua yang berakibat
rasa kebebasan bagi anak sangatlah tinggi baik dari segi tingkahlaku yang
mengarah ke positif seperti pengajian, organisasi kemasyarakatan, namun yang
lebih mendominani mereka yang kurang dikontrol adalah perilaku yang mengarah
kepada hal-hal yang negatif seperti minum-minuman keras, tawuran, bahkan nonton
film porno dari VCD ataupun HP Celuler.
Dari perkembangan siswa diatas sangatlah mengkhawatirkan
akan masa depan generasi muda. Karena generasi mudalah yang di harapkan motor
penggerak pembangunan negara ini.
Maka dari itu, beranjak dari persoalan tersebut, penulis
mencoba mengkaji secara mendalam tentang bagaimana islam memandang
pendidikan orang tua dengan judul: ”Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Menurut Ajaran Islam.”
B. Rumusan dan Batasan
Masalah
1.
Rumusan
Masalah.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
PEMBAHASAN
Pengertian Peran,orangtua,pendidikan,agama,dan islam
Pengertian
Peran
adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari
perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier
Barbara, 1995:21).
Pengertian Orangtua
adalah ayah dan/atau
ibu seorang anak,
baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orangtua memiliki
peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu/ayah
dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan orangtua kandung (biologis)
dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orangtua
angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah
biologis anak) dan ayah tiri (suami ibu
biologis anak). Esensi Pendidikan
Pendidikan
adalah proses transfer nilai, pandangan hidup yang paling mendasar (aqidah),
pemahaman-pemahaman hidup, dan berbagai pengetahuan yang menambah kesadaran
peserta didik akan pandangan dan pemahamannya akan kehidupan (mafahim anil
hayah) sehingga dia mampu mengambil jalan hidup yang benar, serta menambah
kesadarannya tentang berbagai pemahamannya tentang benda-benda dan
sarana-sarana hidup (mafahim anil asya) sehingga dia dapat meniti kehidupannya
dengan benar.
Dengan demikian
dalam perspektif Islam, pendidikan adalah transfer nilai-nilai Islam yang
bersumber dari Al Quran dan As Sunnah, pandangan hidup Islam atau aqidah
Islamiyah (keimanan), dan berbagai pengetahuan Islam (al ma’arif al Islamiyah)
seperti tafsir, ulumul Qur’an, riwayat-riwayat hadits-hadits Nabi saw., ulumul
hadits, fiqh, ushul fiqh, bahasa Arab, ilmu nahwu, ilmu shorof, siroh Nabi saw,
dan lain-lain yang mempertebal pemahman para peserta didik sehingga tidak ada
ide Islam yang lolos dari format pikirannya yang diharapkan juga menjadi
pengendali tingkah lakunya. Selain itu, perlu berbagai ilmu pengetahuan dan serta
ketrampilan teknologi untuk menambah kemampuan para lulusannya menjalani hidup
dengan tetap berpegang kepada aqidah dan pemahaman hidupnya (mafahim anil
hayah).
Diharapkan
dengan proses pendidikan Islam, para peserta didik dapat ditingkatkan
optimalisasi akal budinya sehingga mereka dapat mensyukuri nikmat Allah berupa
pancaindera serta kalbu yang dimilikinya (lihat QS. An Nahl 78) dan tidak
terjatuh ke dalam derajat yang lebih rendah dari binatang ternak. Allah SWT
memperingatkan kita dengan firman-Nya:
Dan sesungguhnya
Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(QS.
Al A’raf 179).
Pengertian Agama
Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau
(a = tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang
dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah
umum untuk pengertian agama ini, yaitu : religi, religie, religion, yang
berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian,
perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan
berulang-ulang. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu
addiin yang berarti : hukum,
perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan.
Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan
penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara
dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut.
Dari sudut sosiologi, Emile Durkheim (Ali Syari’ati, 1985 :
81) mengartikan agama sebagai suatu kumpulan keayakinan warisan nenek moyang
dan perasaan-perasaan pribadi, suatu peniruan terhadap modus-modus,
ritual-ritual, aturan-aturan, konvensi-konvensi dan praktek-praktek secara
sosial telah mantap selama genarasi demi generasi.
Sedangkan
menurut M. Natsir agama merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang
mengandung faktor-faktor antara lain :
a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.
b. Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.
c. Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.
d. Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.
e. Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.
f. Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.
g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.
a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.
b. Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.
c. Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.
d. Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.
e. Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.
f. Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.
g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.
Sementara
agama islam dapat diartikan sebagai
wahyu Allah yang diturunkan melalui para Rosul-Nya sebagai pedoman hidup
manusia di dunia yang berisi Peraturan perintah dan larangan agar manusia
memperoleh kebahagaian di dunia ini dan di akhirat kelak.
Islam
Islam
adalah agama
yang sempurna. Ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya
adalah masalah pendidikan. Bahkan Islam adalah agama yang memperhatikan masalah
pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan porsi yang sangat besar. Bahkan
keseluruhan ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah merupakan
materi pendidikan dan ilmu pengetahuan yang luar biasa, yang tidak dimiliki
oleh agama-agama lain maupun ideologi-ideologi lain. Sejarah mencatat bahwa
bangsa Arab yang buta huruf, dengan pendidikan Islam yang khas, yang diterapkan
oleh Rasulullah saw., telah berubah menjadi bangsa pelopor yang telah mampu
menerangi dunia dan menjadi guru bagi dunia.
Tujuan
Pendidikan
Tujuan pendidikan Islam adalah membekali
akal dengan pemikiran dan ide-ide yang sehat, baik itu mengenai aqidah dan
cabang-cabangnya maupun hukum-hukum, baik yang pokok maupun yang cabang. Islam
telah mendorong agar manusia menuntut ilmu dan membekalinya dengan pengetahuan.
Allah SWT berfirman:
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran”.(QS. Az Zumar 9).
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan
perbedaan kedudukan antara orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang
yang bodoh. Antara ilmu dan kebodohan itu masing-masing memiliki martabat dan
kedudukan di mata masyarakat. Tentu saja orang yang berilmu pengetahuan
menduduki tempat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tak
berilmu pengetahuan. Lebih-lebih bilamana orang yang berilmu pengetahuan juga
beriman dan beramal shalih. Allah SWT menegaskan bahwa Allah SWT memberikan
apresiasi yang begitu tinggi terhadap orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan.
Allah SWT berfirman:
“Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.(QS. AL Mujadilah 11).
Rasulullah saw. mengabarkan betapa
tingginya kedudukan orang-orang yang berilmu (ulama) yang mendapatkan
kehormatan untuk memberikan syafaat bagi umat pada hari kiamat dengan izin
Allah.
Rosulullah saw. bersabda:
“Ada tiga golongan yang akan meberikan
syafaat (pertolongan di padang mahsyar) pada hari kiamat: (1) para Nabi; (2) para
ulama; dan para syuhada.” (HR. Ibnu Majah dari Utsman bin Affan, lihat
Fathul Kabir Jilid III hal 424).
Jelas dalam hadits di atas ulama
diletakkan pada nomor urut kedua, yakni setelah para Nabi, lebih dulu daripada
para syuhada, dalam hal memberikan syafaat dengan izin Allah SWT.
Dalam hadits yang lain Rasulullah saw.
menerangkan bahwa orang yang bergiat mencari ilmu akan mendapat fasilitas jalan
ke surga.
Rosulullah
saw. bersabda:
“Siapa
yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan jalannya
mencapai surga”.
Dan orang-orang yang melalaikan dirinya
dari pendidikan Islam mendapat ancaman dari Allah SWT. Al Quran mengancam
orang-orang yang telah memeluk Islam tapi tidak memahami islam dan Al Quran.
Allah SWT mencap mereka dengan lafazh jahiliyah.
Allah befirman:
“Mereka
menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka
berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan
ini?” Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. (QS. Ali Imran 154).
Dan
dengan bekal ilmu-ilmu Islam yang dimiliki secara sempurna, seorang muslim atau
masyarakat muslim akan steril dari ide-ide maupun hukum-hukum kufur. Mereka
yang yakin kepada Islam pastilah memandang Islam lebih tinggi dari yang lain
dan hukum Islam lebih baik daripada hukum jahiliyah (lihat QS. Al Maidah 50).
Dengan pandangan ini mereka hanya meresa
qana’ah bila hukum yang mengatur interaksi di dalam kehidupan masyarakat adalah
hukum syariah Islam, dalam seluruh aspek kehidupan. Mereka tidak silau oleh
kemajuan sains dan teknologi Barat. Mereka memandang sains dan teknologi
bersifat universal, bisa digali dan dimiliki oleh siapapun, bangsa manapun, dan
penganut agama atau ideologi apapun. Mengadopsi sains dan teknologi Barat bukan
berarti juga harus mengadopsi pemikiran, etika, hukum, ekonomi, dan budaya
barat yang terkategori jahiliyah dalam pandangan Islam. Sains dan teknologi
adalah alat dan kemudahan untuk dapat benar-benar menjalani hidup, sedangkan
peradaban dan budaya serta syariah Islam adalah satu-satunya jalan hidup yang
benar yang harus ditempuh oleh siapapun yang ingin selamat, baik dengan sains
dan teknologi maupun tidak.
Metode
Pendidikan
Untuk mencapai tujuan pendidikan di atas
dan mendapat esensi pendidikan tersebut, maka metode yang dipakai adalah bukan
sekedar transfer pengetahuan, tapi haruslah pembentukan dan pembinaan
kepribadian. Dalam hal ini, kepribadian bukanlah sekedar pembentukan etika
moral, tapi lebih luas dari itu.
Secara esensial,
kepribadian (syakhshiyyah) adalah
tersusun dari pola berfikir (aqliyah) dan pola pengendalian diri/jiwa
(nafsiyyah). Untuk membentuk kepribadian, langkah pertama yang harus ditempuh
adalah menanamkan aqidah sebagai ide dasar (fikroh asasiyah). Inilah batas
dimana orang tergolong mukmin ataukah kafir. Jika aqidah telah terbentuk
melalui pendidikan, yakni melalui sentuhan-sentuhan akal maupun perasaan, baik
dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran yang menghubungkan keimanan dengan
realitas diri manusia dan alam sekitarnya, maupun dengan uraian-uraian relitas
yang dihubungkan dengan keimanan.
Pada tahap ini
pembentukan kepribadian baru taraf fondasi.Selanjutnya aqidah Islamiyah yang
dimiliki ditekadkan untuk senantiasa menjadi dasar berfikir dan memahami
kehidupan. (Aqliyah Islamiyah). Sebagai contoh, ketika di masa Nabi putra
beliau meninggal bersamaan dengan gerhana, lalu orang-orang menghubungkan bahwa
kejadian gerhana itu lantaran matinya Ibrahim. Nabi saw. membantah hal itu
dengan sabdanya: “Sesungguhnya matahari
dan bulan adalah dua di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak
mengalami gerhana lantaran hidup dan matinya seseorang. Jika terjadi gerhana,
maka sholatlah sampai hilang gerhana itu”.
Aqidah Islamiyah
juga mesti ditekadkan untuk dipakai mengikat kehendak dan keinginan untuk
berbuat, sehingga perbuatan seseorang yang dilakukan terikat dengan pemahaman
hidup yang bersumber dari aqidah itu. Artinya, seorang yang telah tertanam
dalam jiwanya bahwa riba adalah perkara yang diharamkan Allah (lihat QS. Al
Baqarah 275-279), dia akan menolak bermuamalah riba sekalipun mendapatkan
iming-iming bunga (interest/riba) dan berbagai fasilitas yang menggiurkan.
Konsepsi Agama
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Bakoroh 208, Allah berfirman :
يايها الدين امنواادخلوا فى السلم كافة ولاتتبعوا خطوت الشيطن انه لكم عد ومبين
Artinya : Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara utuh, keseluruhan (jangan sebagian-sebagaian) dan jangan kamu mengikuti langkah setan, sesunggungnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
Kekaffahan beragama itu telah di contohkan oleh Rosulullah
sebagai uswah hasanah bagi umat islam dalam berbagai aktifitas kehidupannya,
dari mulai masalah-masalah sederhana (seperti adab masuk WC) sampi kepada
masalah-masalah komplek (mengurus Negara). Beliau telah menampilkan wujud islam
itu dalam sikap dan prilakunya dimanapun dan kapanpun beliau adalah orang yang
paling utama dan sempurna dalam mengamalkan ibadah mahdlah (habluminallah) dan
ghair mahdlah (hablumminanas).
Meskipun beliau sudah mendapat jaminan maghfiroh (ampunan
dari dosa-dosa) dan masuk surga, tetapi justru beliau semakin meningkatkan amal
ibadahnya yang wajib dan sunah seperti shalat tahajud, zdikir, dan beristigfar.
Begitupun dalam berinteraksi sosial dengan sesama manusia beliu menampilkan
sosok pribadi yang sangat agung dan mulia.
Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.
Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.
Diantara umat islam masih banyak yang menampilkan sikap dan
prilakunya yang tidak selaras, sesuai dengan nila-nilai islam sebagai agama
yang dianutnya. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan kejadian atau
peristiwa baik yang kita lihat sendiri atau melalui media masa mengenai
contoh-contoh ketidak konsistenan (tidak istikomah) orang islam dalam
mempedomani islam sebagai agamanya.
Hakikat
Pendidik dalam Pendidikan Islam.
Pendidik adalah
”orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak
dalam perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai kedewasaan,maupun melaksanakan tugas sebagai makhluk Allah,
sebagai Khalifah di muka bumi sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang
sanggub berdiri sendiri.
Pendidik atau
orang dewasa sebenarnya adalah perantara atau penghubung aktif yang menjabatani
antara anak didik dengan tujuan pendidikan yang telah di rumuskan. Tugas utama
pendidik meliputi:
a. Mencipta situasi untuk mendidik
b. Sebagai Administrator (pengelola)
c. Sebagai Techer (mengajar)
d. Dimisator (pemberi Semangat)
e. Inifator (mengubah Pemikiran anak didik)
F. Vasilitator (memfasilitasi anak didik jika memiliki
masalah)
g. Konselor (pembinbing anak didik
h. Evaluator (menilai tingkah laku anak didik)
Selain hal-hal
yang tertera diatas seorang pendidik memiliki tugas yakni harus memiliki
pengetahuan-pengetahuan yang di perlukan baik pengetahuan keagamaan maupun yang
lainnya. Disamping itu juga menciptakan suatu bentuk pendidikan islam yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Penguasaan ilmu pengetahuan,
b. Pengembangan ilmu pengetahuan,
c. Penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.,
d. Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan hanya
untuk pengabdian kepada Allah dan kemaslahatan
umum.,
e. Penyesuayan pada perkembangan anak,
f. Pengembangan kepribadian penekanan pada amal shalleh
dan tanggung jawab.
Hakikat Anak
Didik dalam Pendidikan Islam
Anak didik
merupakan objek penting dalam ilmu mendidik. faktor anak didik ini dalam
pendidikan belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan, dengan
balajar orang menjadi pandai akan mengetahui segala sesuatu yang di
pelajarinya. Dalam agama islam ini belajar dan mengajar ini dapat dinilai
sebagai jihad fi sabilillah
yaitu pahalanya sama dengan pahala orang yang berjuang dalam membela kebenaran
agama Allah.
Menurut
Lageveld peserta didik memerlukan pendidikan karena ia berada dalam keadaan
tidak berdaya. Sebagai mana yang telah di jelaskan dalam al-qur’an:
Artinya: ”Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun
dan dia memberikamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.
(QS. Annahal: 78).
Didalam islam kemampuan dasar/pembawaan itu disebut
dengan fitrah yang pengertian etimologis yang mengandung arti ’kejadian’
karena kata fitrah itu berasal dari kata kerja Fatoro yang berarti menjadikan. Islam memandang manusia
sebagai objek pendidikan itu sejak dilahirkan dari kandungan ibunya sampai ke
liang lahat.
Cara
meningkatkan peran orangtua terhadap pendidikan anak
Pendidikan Agama sangatlah penting diberikan pada anak
mungkin pendidikan agama harus yang pertama diberikan kepada anak sebelum
pengetehuan lainnya, Sehingga anak kita mempunyai pegangan dalam mengambil
langkah apapun sehingga tidak salah jalan. Berikanlah pendidikan Agama sedini
mungkin.
Ada beberapa cara dalam meningkatkan peran orang tua
terhadap pendidikan anak anaknya.
*Dengan
mengontrol waktu belajar, waktu bermain sehingaga terbiasa mendisiflinkan
waktu, jadi s anak terbiasa dan tau
kapan waktu belajar dan kapan waktu bermain
*Memantau
perkembangan kemampuan akademik disekolah dengan cara memeriksa nilai nilai
ulangan dan tugas dari sekolah
*Mengontrol
kepribadian anak kita di luar rumah misal di sekolah dengan cara berkomunikasi
dengan wali kelas mereka.
Cara yang harus
dihindari dalam mendidik anak
Kesalahan
kesalahan tersebut harusnya dihindari dalam mendidik anak. adapun kesalahan
yang lain yang harus dihindari dalam mendidik anak yaitu
>Menumbuhkan
rasa takut, contohnya: mebiasakan anak ditakut takuti agar anak bisa nurut sama
kita sebagai orang tua, misalkan” jangan pergi kesana nanti ada hantu”
>Mendidik
anak menjadi sombong terhadap orang lain
>mebiasakan
anak hidup berfoya foya
>Memanjakan
anak misalnya dengan menuruti semua apa yang anak mau
>Terlalu
keras terhadap anak sehingga anak tidak betah dan mencari kasih sayang diluar
rumah.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking